Ahmad Fanani Tegas, Ada Oknum Yang Sengaja “Melilit” Pihaknya

Cengkepala.com – PERIHAL dugaan penyimpangan anggaran kegiatan kemah dan apel Pemuda Islam Indonesia yang digelar Kemenpora RI, tahun 2017 silam, PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak selaku ketua umum dan Ahmad Fanani selaku ketua panitia diperiksa sebagai saksi oleh penyidik Polda Metro Jaya.
Hal ini sampaikan Ahmd Fanani kepada cengkepala.com Sabtu (24/11) melalui pesan WhatsApp. Fanani tegas menyatakan, pihaknya tidak melakukan seperti tuduhan yang dilaporkan tersebut.
Fanani juga mengakui, dibalik kesemuan masalah yang dihadapi, diyakini itu sengaja dimainkan para oknum untuk menumbangkan pihaknya terutama posisi Ketua Umum Dahniz Anzar Simanjuntak dan dirinya sendiri yang maju bertarung pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Jogja 25 November besok.
“Saya mengambil hikmah, Gusti Allah sedang memberikan saya instrumen filter untuk melihat mana lawan, mana mitra politik, dan mana sahabat serta saudara sejati,” akuinya.
Dirinya secara pribadi terharu membaca statemen, dukungan, dan doa yang mengalir deras beberapa hari ini.
Diakui, setiap membaca pesan demi pesan, pernyataan demi pernyataan, dan video demi video dari segenap sahabat yang bukan saja berangkat dari kepedulian, tapi juga sarat dengan kepercayaan kepada kami yang begitu empatik.
“Sampai hari ini saya sengaja menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan atau klarifikasi, kecuali menjawab mereka yang langsung japri, yang memang harus dijawab. Itupun sekedarnya,” akuinya.
Fanani memandang, ini bagian dari cobaan Allah, yang mana sedang memberikan instrumen filter untuk melihat mana lawan, mana mitra politik, dan mana sahabat serta saudara sejati.
Menyoal kasus yang tengah berjalan tersebut, dia mengakui, sedari lama pihaknya diingatkan atas kemungkinan permainan seperti ini. Meski pihaknya tak menyangka ‘permainannya’ akan sekasar dan sekotor ini. Buat pihakya, ini hanyalah konsekuensi dari jalan juang yang ditempuh.
“Kesalahan kami adalah karna kami memilih jalan ini. Karna kami memilih menyuarakan kritik atas ketidakadilan yang telanjang didepan mata. Karna kami memilih tak ikut dalam arus utama,” endusnya.
Jalan yang dipih kata Fanani menjelaskan, karena semata-mata tak mau menjual integritas berapapun harganya. Pihakya memilih tak tunduk, takluk pada kedzoliman.
Terkait kasus yang sedang berupaya keras dituduhkan padanya dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar saat ini, diri mengapresiasi kinerja Polda. Hanya dalam tempo kurang lebih satu Minggu, berkat kinerja hebat penyidik yang ultra profesional, prosesnya berjalan kilat.
Fanani juga menjelaskan asbab ketidak hadiran pihaknya saat menerima surat panggilan dari kepolisian. Dikronoligskan, Kamis lalu pihaknya diberitahu ada laporan, Jum’at siang tim penyidik meminta keterangan Kemenpora.
Jum’at malam terbit surat panggilan untuk hari senin karena sabtu-ahad hari libur. Kemudian Senin siang, kebetulan saya (Fanani) berhalangan hadir, tim penyidik melalui pesan WhatsApp menyampaikan bahwa proses penyelidikan sudah hampir final dan siap naik status ke psnyidikan dengan atau tidak dengan kehadiran Dahnil dan Fanani.
“Luar biasa. Salut untuk tim Polda. Sedari awal kami sadar betul bahwa perjuangan ini tak akan mudah. Yg kami hadapi bukan sembarang kekuatan biasa. Mereka bs melalukan segala cara. Dan kami mungkin akan dikalahkan dengan mudah. Tapi yang pasti kami tak akan pernah menyerah. Kami tak akan menyerah. Karna buat kami kebenaran tak bisa dikompromikan.
“Nurani kami tak bisa dibungkam. Hari ini, kami kembali diperiksa. Mohon doanya,” tekan Fanani menutup keterangannya.*** Rul
Sebelumnya Klarifikasi Dahnil Anzar Simanjuntak
Ia menyatakan bahwa acara itu diinisiasi oleh Menpora Imam Nahrowi yang mengkhawatirkan adanya potensi konflik horizontal akibat meluasnya isu anti Pancasila, anti toleransi dan tudingan bahwa Pemerintahan Presiden Joko Widodo anti Islam. Oleh sebab itu Menpora mengundang Dahnil bersama Ketua Umum GP Ansor, Gus Yaqut untuk mendiskusikan membuat suatu acara yang bisa meredam isu tersebut.
“Jadi sekitar bulan September itu Pak Menpora, Pak Imam Nachrowi, 2017. Itu mengundang saya, telepon saya, kemudian mengundang saya untuk hadir di rumah beliau, untuk diskusi. Begitu kira-kira. Saya datang ke sana, ternyata di rumah Menpora, sudah ada Gus Yaqut, Ketua Umum GP Ansor. Kemudian kami berdiskusi di situ,” ujar Dahnil di Mapolda Metro Jaya, Jumat (23/11) malam.
Sebelum menerima ajakan Menpora, Dahnil terlebih dahulu mendiskusikan hal itu kepada petinggi Muhammadiyah. Mereka pun mengatakan kepada Dahnil agar berhati-hati.
“Kata bapak-bapak Muhammadiyah, yang disampaikan juga oleh bapak Haedar, menyampaikan, ‘tapi hati-hati dan waspada, kami hanya khawatir kalian dikerjai’. Kira-kira begitu,” ungkap Dahnil.
Singkat cerita, Dahnil pun menyanggupi ajakan Kemenpora dengan mengajukan program kegiatan yang disebutnya pengajian akbar GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah. Lalu, ditunjuk lah Ahmad Fanani sebagai ketua penyelenggara.
“Kemudian dari situ, dari proposal yang disampaikan oleh timnya Mas Fanani, mewakili Pemuda Muhammadiyah. Itu Pemuda Muhammadiyah diberikan fasilitasi untuk memobilisasi peserta sekitar Rp 2 miliar. Nah kemudian sedangkan GP Ansor Rp 3 miliar plus 500 juta. Jadi Rp 3,5 miliar,” ungkapnya.
Sementara itu, Ahmad Fanani menjelaskan dalam proses perjalanannya, baik dia maupun Dahnil sempat meminta agar pihak Kemenpora sendiri yang turun tangan mengelola anggaran kegiatan. Namun demikian hal tersebut tak memungkinkan lantaran terbentur prosedural.
“Pertama kami minta bentuk program saja, kemenpora yang jadi panitia kami hadir saja. Ternyata alokasi anggaran dari Kemenpora itu langsung alokasinya untuk organisasi kepemudaan. Jadi itu harus masuk ke kami. Setelah itu kami diskusikan kembali kemudian kami coba minimalisir risiko,” ujar Fanani.
Alokasi anggaran kemudian terbagi menjadi dua, dimana GP Ansor bertindak sebagai pengelola dana penyelengaraan acara, sedangkan PP Pemuda Muhammadiyah sebagai pihak yang mengelola anggaran terkait mobilisasi.
“Akhirnya kami ajukan seminimalisir mungkin, untuk penyelenggaraannya teman-teman Ansor yang berlaku mengelola dana penyelenggaraan itu. Pemuda Muhammadiyah hanya praktis anggaran untuk mobilisasi saja,” tuturnya.
Ia pun kecewa karena kasus tersebut dinilainya menyudutkan PP Pemuda Muhammadiyah.
“Kami upaya ikhtiar tidak, menerima duit itu dalam bentuk cash, sampai akhirnya anggaran itu kami terima sebatas mobilisasi massa. Kemudian hari ini seolah apa yang di-framing kalau Pemuda Muhammadiyah melakukan korupsi. Ketum kami dituduhkan. Padahal beliau secara teknis tidak banyak terlibat secara langsung,” jelasnya.** Dilansir Dari Wartakota.tribunnews.com