Cengkepala

Anda Mesti Tahu, “Andalusia Negeri Peradaban”

Andalusia Negeri Peradaban

Oleh, Rustam Pikahulan, MH | Alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Rustam Pikahulan**

Cengkepala.com – Sebagai seorang muslim nama Andalusia tidaklah asing ditelinga. Andalusia sudah tercatat dalam litearsi buku-buku sejarah sekolahan (semoga kita berkesempatan kesana). Ada catatan emas sejarah sekaligus kelamnya di semenanjung itu. Semenanjung Iberia namanya, tepat di selatan benua Eropa, berbatasan dengan Portugal dan Samudra Atlantik di Bagian Barat. Selama delapan abad lamanya kaum muslimin menghadiahkan peradaban besar nan-memukau di dunia barat. Masa kekuasaan Islam di Iberia dimulai sejak pertempuran Guadalete, ketika pasukan Umayyah pimpinan Thariq bin Ziyad mengalahkan orang-orang Visigoth yang menguasai Iberia. Berkat dakwah Musa dan Thariq, Andalusia mulai memahami nilai-nilai tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata. Andalusia atau Al-Andalus adalah sebutan bagi semenanjung Iberia periode Islam. Sebutan itu berasal dari kata Vandalusia, artinya bangsa Vandal.

Hingga saat ini sejarah Bangkitnya hingga runtuhnya Andalusia kini hanya dinikmati oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia, dan tiga kota penting di Spanyol sekarang, dulunya adalah bagian dari peradaban Islam di Andalusia.

Cordoba adalah magma dari ilmu pengetahuan, Cordoba yang dimasa jayanya tepat abad ke-9 adalah kota terbesar di Eropa. Mesjidnya yang megah adalah juga pusat pendidikan, hukum, dan filsafat. Melahirkan para ilmuwan dan pemikir cerdas mulai dari Al Jayyani yang ahli matematika, Al Zahrawi yang seorang dokter bedah, dan tentu saja yang semua orang tahu, sang filsafat Ibnu Rushdi yang lebih dikenal di dunia barat dengan nama Averroes.

Sevilla adalah gambaran hidup dan mati. Benteng kota yang sebagian masih tersisa sampai sekarang menyisakan cerita heroik akan kejatuhannya yang membutuhkan waktu hingga 10 tahun. Dengan embargo perdagangan dan pengepungan yang kemudian melemahkan di tahun ke-8 sampai akhirnya benar-benar tunduk dan tumpas.

Granada, adalah titik penghabisan. Titik jatuhnya Islam di abad ke-15 untuk kemudian tidak berbekas sama sekali dalam keping-keping sejarah di Eropa. Meninggalkan kemegahan Alhambra yang di tiap sudutnya tak luput dari filosofi penghambaan terhadap Allah. Bahkan sekedar berjalan di seputaran Severo de Ochoa saja akan membangkitkan kerinduan dan kesyahduan. Bahwa di tanah itu, yang sekarang sudah dialihfungsikan sebagai taman dan pedestrian, bersemayam makam para wali dan pengikutnya.**

Isi diluar tanggungjawab redaksi**

Views: 116