Bincang “Bintang” Dialog Inspiratif Pattimura Muda Lestarikan Budaya
Ambon, cengkepala.com – Komunitas Muda Maluku yang mengatas namakkan dirinya Pattimura Muda dari berbagai industri kreatif kota Ambon kembali menggelar diskusi publik dengan tajuban, Bincang Bintang- Sebuah Dialog Inpiratif Dari Maluku, Kamis (11/10) Malam di Rumah Kopi J Leker, Tanah Tinggi Kota Ambon.
Diskusi yang berlangsung Dua jam tersebut berhasil mengahdirkan pembicara Multi Talent putra asli Maluku. Sebut
saja, Falantino Eryk Latupapua. Seorang Dosen sekaligus Kaprodi Fakutas Bahasa dan Sastra Universitas Pattimura,
musisi/biduan dalam grup Kak5 serta juga menyandang status penyair.
Selain dihadiri sosok Latupapua, hadir menghibur serta mencairkan suasana diskusi penyair muda, Ecko Saputra
Poceratu dari kintal sapanggal kota Ambon. Bersama Rudi Fofid selaku moderator, diskusi tersebut diawali dengan selayang pandang asbab pelaksanaan agenda tersebut.
Rudi Fofid menegaskan, pihaknya dari berbagai industri kreatif yang tergabung dari sejumlah komunitas muda akan
terus menghimpun dan menampilkan orang-orang inspiratif pilihan untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat Maluku.
“Mencari dan membawa mereka ke sini, dan tentu saja, kami juga terbuka menerima usul dan saran dari penonton,
orang-orang yang berkilau, berkarya, mengabdi, berprestasi, justru di jalan-jalan sepi nan jauh dari publikaksi,”
ungkap Fofid membuka acara.
Dikatakan, anak muda Maluku perlu kenal mereka (para inspirator), bukan untuk makan puji, melainkan untuk merawat kemanusiaan, dan semoga nama Tuhan selalu dipuji.
Fofid menyatakan, Falantino Eryk Latupapua dipilih dalam diskusi edisi Kamis (12/10 2018) ini karena kiprahnya
sudah dimulai abad ke-20 dan secara transisi memasuki abad ke-21.
“Ini old sekaligus now, tradisonal sekaligus milenial,” tegasnya.
Pantauan media ini, Falantino Eryk Latupapua menjelaskan luas terkait pelestarian dan pengembangan nilai nilai
budaya Maluku. Penekan arahan Latupapua lebih mengerucut pada pemberian stimulus rasa cinta generasi Milineal
kepada kearifan lokal. Baik Bahasa tutur (Dialeg), Bahasa adat bahkan perihal nyanyian kapata orang tatua.
Falentino atau yang biasa disapa Falem oleh mahasiswanya tersebut mengakui, masih ada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat adat sebagai nilai-nilai kultural warisan nenek moyang sangat diyakini kebenarannya sebagai patokan dalam bertindak serta patokan bagi perilaku generasi milineal saat ini.
“Jadi masih ada. Artinya masih ada harapan bagaimana kita melestarikannya. Tentu harus kohesi dengan program
pendidikan di sekolah -sekolah tentunya. Juga dorongan pemerintah yang kuat,” jelas Falem.
Meskipun kata dia, tidak serta merta dapat berubah tetapi melalui proses sehingga masih ada nilai yang
dipertahankan namun ada juga yang sudah mulai hilang dari kehidupan masyarakat.
Selain berbicara perihal kearifan lokal orang Maluku, falem juga menyentil soal Ambon City of Musyik. Tersyirat
dalam penjelasan Musisi grup KAK5 ini, dia menyesali program Ambon City of Musyik menjadi sebuah proyek sejumlah oknum yang tak sadar akan target apa yang dicapai.
“Kami pernah minta draf akademik Ambon City of Musyik. Sampai saat ini, draf akadmik tersebut tidak ada. Ada apa?,” endus Falem.
Menutup penjelasannya, Falem berharap Anak Muda Maluku Abad ini dapat mempertahankan nilai-nilai warisan nenek moyang. Lebih mempertahankan atau dijaga keabadiannya sehingga nilai-nilai itu lebih dilestarikan lagi sedang dalam kaitannya dengan pengembangan, maka nilai-nilai kultural yang merupakan warisan lebih membawa perubahan kearah yang baik demi kelangsungan kehidupan orang Basudara di Maluku kedepan.*** Rul
Selanjutnya : Kecelakan Kota Musik