Cengkepala

CARLEA DAN JERUJI RUTAN NAMLEA, HOME INDUSTRI DIBAWAH KENDALI PENJAGA TAHANAN

Masuk penjara pada hakekatnya sesuatu yang ditakuti oleh orang yang normal. Karena dengan masuk penjara akan menjadi aib yang sulit untuk diperbaiki, nama baik, reputasi, karir bahkan keutuhan rumah tangga menjadi taruhannya ketika seseorang masuk penjara. Tetapi sejatinya, penjara bukanlah tempat yang menakutkan. Melain tempat refleksi.” Hamdani Batan.

Namlea, cengkepala.com CARLEA,  merek produk minyak kayu putih produksi cabang rutan Namlea, kabupaten Buru provinsi Maluku. CARLEA merupakan kepanjangan dari Cabang Rutan Namlea.

Rutan Namle dibawah kepemimpinan Kepala Rutan, Hamdani Batan, berhasil membawa warga tahanan rutan Namlea menjadi pribadi yang bertanggung jawab kreatif serta inovatif dalam kekaryaan yang bernilai ekonomis.

Kurang lebih 75 warga binaan diberi pekerjaan berbasis home industri. Hal ini digalakan guna adanya pembaharuan dan peningkatan pembinaan terhadap warga binaan juga secara terstruktur menjadi bagian dari meninggikan profesionalitas kerja struktur organisasi hingga sistem pelayanan.

Sebelum menyalurkan jasa pelayanan secara terpadu kepada para tahanan, Hamdani Bantan selaku kepala rutan tegas terhadap sejumlah pegawainya melalui pembinaan khusus.

Ia menegaskan kepada PNS untuk menjaga kedisiplinan dan menjadi kebanggaan pribadinya. Penekanan kedisiplinan terhadap sejumlah PNS sering disampaikan dalam apel pagi.

“Tidak ada hari tanpa apel dan himbauan terhadap para pegawai. Ini dilakukan agar, para pegawai yang berjaga dapat memberikan contoh serta teladan yang baik kepada warga binaan,” jelas Hamdani, Senin 15 Oktober lalu.

Hamdani menegaskan, telebih penekanan tersebut demi menjaga Korps Pemasyarakatan.

“Biasanya, usai apel pagi para pegawai, baru kemudian dilakukan apel terhadap warga binaan,” ungkap Hamdani.

Hamdani kepala rutan (kanan) bersama pimpinan redakasi cengkepala.com, Fahrul Kaisuku (kiri).***

Hamdani di ruang kerjanya, membeberkan, selain memberikan intruksi ketaatan dan kedisiplinan  pegawai di lingkup cabang rutan Namlea, ia juga mendorong warga binaan pemasarakatan cabang rutan Namlea  untuk  melakukan aktivitas  yang positif. Sebagaimana yang dikatakan, warga binaan diikut sertakan dalam industri berbasis keluarga (rumahan) atau home industri.

Setelah berhasil dengan minyak kayu putih yang diberikan label CARLEA, warga rutan kemudian diarahakn menciptakan Virgin Coconut Oil (VCO) murni.

“Kami membaca peluang serta memanfaatkan  sumber daya alam yang ada di bumi Bupolo. Sukses dengan minyak kayu putih, kami mulai mengembangkan produksi minyak kelapa dan VCO. Merek VCO masih sama yakni CARLEA,” akui Hamdani.

Pemilihan produksi minyak kelapa murni tidak terlepas dari kelimpahan bahan baku di Pulau Buru, juga gampang dibuat. Apalgi, minyak Kelapa Murni ini mampu bermanfaat secara langsung terhadap belasan masalah Kesehatan.

Hamdani merincikan, diantaranya, pertama, VCO mengadung Asam laurat, baik untuk kesehatan ASI Bayi. Kedua VCO mengandung Antimikroba. Ketiga Sistem kekebalan tubuh. Keempat mengandung Kolesterol baik. Kelima Antibiotik super. Kelima, Vco itu baik untuk ibu hamil dan menyusui.

“Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Serta masih banyak lagi,” utar Hamdani.

Diberi kesempatan untuk melihat langsung pembuatan VCO. ***

Untuk diketahui, home industri warga rutan namlea tidak hanya bergerak di dua produk itu saja. Disisi lain, warga rutan diajak untuk bercocok berkebun dan beternak hewan peliharaan.

“Kami pekan kamarin baru selesai panen sayur buah, kol kepala. Banyak panenan kemarin. Selain itu, warga binaan menanam sejumlah tanaman jang pendek. Seperti, sayur-sayuran, pisang, seledri, daun bawang, bawang dan beberapa jenis tanaman sayir lainnua,” jelas Hamdani.

Sementara ternak, warga binaan lebih memilih kambing dan ayam. Menurut Hamdani, pihaknya hanya memberi opsi, sementara memilih jenis hewan yang akan dipelihara dikembalikan kepada warga binaan.

Crew cengkepala.com diberi kesempatan melihat langsung lahan pertanian warga binaan.**

Hamadani mengakui, semua jeripayah warga binaan selanjutnya di atur untuk nantinya dikembalikan beruoa uang tunai. Sebagain ada yang memilih untuk ditabung, sebagian lainnya meminta untuk dikirimkan ke keluarga di rumah.

“Kami tidak mencari keuntungan disini. Kami kembalikan hasil berkebun, mengolah minyak, beternak ini kepada mereka,” akui Hamdani.

Hamdani berharap, kelak dari rincian pengalaman hidup di balik jeruji Rutan Namle serta dibatasi waktu serta gerak, para tahanan ini dapat memetik hikmah dan mau kembali menjadi warga negara yang lebih baik.

“Pada dasarnya kami bekerja dengan hati. Kami yakini, bahwa dengan pelayanan seperti ini (dengan hati) terhadap mereka, keharmonisan serta saling hargai-menghargai itu akan tampak dan diikuti secara baik. Terlebih semua dari mereka dapat menghargai proses hukum ini dan mengambil hikmahnya,” pungkas Hamdani.**** Rul

Views: 1