Dua Batang Pisang Jadi Gerbang Tanpa Pagar, Ini Pengakuan Siswa MTS Namasulah Negeri Haya
Tehoru, Cengkepala.com – Siswa sekolah Madrasaayah Tsanawiah (MTS) Namasula Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) mengakui kekurangan sekolahnya. Sapna Raherang, siswi kelas Sembilan ditanyai hanya bisa tersenyum malu sembari mengakui dirinya sejak pertama kali menjajaki MTS Namsula tidak pernah ada pengerjaan atau renovasi kelas maupun ruang guru.
“Tidak pernah ada yang kerja sekolah apalagi atap sekolah MTS,” akui dia.
Meski diakui kondisi sekolah tidak memadai, namun tak menyurutkan semangat belajar Sapna dan teman-temannya. Tidak ada waktu bermain di jam sekolah. Para Guru-guru datang tepat waktu. Anak-anak takut datang terlambat apalagi meninggalkan jam belajar. Setiap hari belajar sampai jam pulang.
“Biar seng ada pagar sekolah, tapi katong seng bisa bolos,” lugas dan cepat kalimat itu kaluar dari mulut mungil Sapna.
Sapna menyatakan, di sekolah MTS, teman-temannya saling bersaing di ruang kelas juga saat dikelompokan untuk belajar di rumah. Sesekali, orang tua rua murid yang kemudian membuatkan keterampilan sendiri untuk menunjang proses belajar anak-anak di MTS Namasula. Hal ini karena kurangnya fasilitas dan alat peraga di sekolah yang didirikan sejak tahun 2014 silam.
“Katong siswa tetap semangat walaupun tidak ada fasilitas, seperti buku yang pas-pasan, meja kursi sering rusak, tapi katong selalu mau par belajar pelajaran Agama Islam” tutur Sapana.
Hari itu tepat, Rabu 10 Oktober 2018. Bukan saja seorang Sapna Raherang yang mengakui sekolah tanpa pagar tapi tak bisa tinggalkan jam belajar (bolos). Fara Afrianti Kelian, yang juga sebagai siswa di sekolah tersebut punyai keyakinan yang sama.
Diakui Fara, didikan para dewan guru yang rata-rata pegawai kontrak tersebut sungguh memberikan dampak yang tidak lazim di temui apalagi di perkotaan. “Walaupun kondisi sekolah kami seperti ini tapi pesan para guru jangan kecil hati. Biar Sekolah kaya Gubuk, tapi dapat ilmu yang berkualitas apalagi ilmu agama,” ungkap Fara.
Fara mengakui kelancangan teman-temannya. Dikatakan, ia dan teman-temannya pernah menanyakan kepada Kepala Sekolah, Slamet Efruan tentang bangunan sekolah tersebut.
“Pak Guru kapan ada pembangunan sekolah ini biar lebih bagus. Pak Guru bilang., Insya Allah katong tunggu saja, Pak Guru sudah usaha pasti akan datang,” ucap gadis manis asal negeri Haya itu.
Sementara Slamet Efruan Saat dikonfirmasi membenarkan pertanyaan sejumlah siswanya tersebut. Dikatakan, jawabn yang disampikan siswanya tersebut persis seprti yang dikatakan.
Efruan mendiskripsikan kebiasaan siswa pada MTS Namasulah negeri Haya. Biasnaya, 30 menit sebelum belajar, siswa diwajibkan membaca Al-qur’an dan kemudian setiap hari jumat dilakukan pengajian al-qur’an hingga satu satu jus, serta melanjutkan dangan kegiatan ekstra lain.
“Kegiatan ekstra seperti praktek Volly Ball, bola kaki dan Pramuka. Tapi, ada siswa yang belum punya pakaian pramuka,” pungkas Efruan.
Untuk diketahui, Gerbang pada sekolah MTS itu dibuat dari dua batang pisang ukuran stinggi orang dewas, kemudian diselimuti dengan dedaunan kelapa kering. Dua batang pisang dipasung seperti tiang gawang dan diletakan tepat di depan gedung sekolah. Jarak duah batang pisang dengan bangunan sekolah sekira 10 meter.
54 Peserta didik MTS Namsula negeri Haya mengakui itu adalah pintu masuk menuju gerbang kejayaan di masa mendatang.** Sofyan Castel | Editor : Fahrul