Cengkepala

Musaad Ajak Tokoh Umat Hindu Maluku Tangkal Narasi Radikalisme

Ambon, Cengkepala.com – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad mengajak tokoh agama Hindu di Maluku turut membantu menangkal narasi kebencian dan intoleransi yang bersarang di dunia maya.

Ajakan orang nomor satu di kemeterian wilayah Agama Wilayah Maluku tersebut dalam sambutannya sebelum membuka Dialog Kerukunan Intern Tokoh Umat Hindu dan Pemantapan Peserta Jambore Pasraman Hindu yang diselenggarakan Bimas Hindu Kanwil Kemenag Provinsi Maluku di Hotel Golden Palace Ambon, Sabtu (10/11) malam.

“Kita bangun kesadaran bahwa radikalisme tidak hanya dilakukan dengan gerakan fisik, namun juga penyebaran idielogi kekerasan di dunia maya” kata Musaad

Musaad menilai dialog kerukunan intern umat Hindu ini tepat dilaksanakan, karena bertepatan langsung dengan momentum Hari Pahlawan Nasional 10 November 2018

Dialog ini sekaligus bisa dijadikan sarana untuk merefleksikan kembali nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dalam merebut keharmonisan dalam kehidupan berbangsa tanpa penjajahan dan kekerasan.

“Para pahlawan dulunya merebut kemerdekaan itu untuk satu tujuan bersama, agar bangsa ini dapat hidup rukun dan harmonis,” jelas Musaad.

Dalam dialog dengan melibatkan 50 tokoh umat Hindu ini, Musaad mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan agar tidak mudah terprovokasi ajakan konflik. Semua umat beragama harus bisa menahan diri dari berbagai provokasi, sehungga tidak menimbulkan konflik yang lebih meluas di lingkungan sosial.

“Hindarilah konflik internal. Kita harus jaga ego-ego kita karena konflik tidak hanya merugikan tetapi di situlah orang radikal masuk untuk memperkeruh suasana,” tegasnya.

Termasuk, lanjut Musaad, masyarakat harus menjaga akal sehat ketika melihat konflik di luar negeri, karena itu juga dapat memberikan imbas terhadap kondisi dalam negeri. Beberapa konflik regional seperti Timur Tengah contohnya, ternyata berdampak langsung bagi Indonesia.

“Jadi tokoh-tokoh agama harus bisa bersikap cerdas dan tidak mudah termakan informasi hoaks dari konflik luar negeri yang dijadikan alat untuk meningkatkan emosi kebencian terhadap yang lain,” pinta Musaad.

Terorisme merupakan ujung dan pangkal hasilnya. Sementara itu intoleransi dan radikalisme merupakan bahan awal yang mendorong seseorang terjatuh dalam tindakan teror.

Saat ini masyarakat Indonesia, imbuh Musaad, memang sepakat bahwa terorisme harus ditolak. Tetapi, narasi radikalisme masih kuat di tengah masyarakat, misalnya narasi kebencian, narasi keterancaman, narasi teori konspirasi, narasi umat yang didzalimi, dan narasi intoleransi sentimen keagamaan.

“Sebenarnya mayoritas masyarakat Indonesia ini menolak radikalisme, tetapi justru kita menjadi mayoritas pendiam. Ingat negara Timur Tengah jatuh dalam kubangan konflik karena fenomena mayoritas pendiam ini. Karenanya saya mengajak umat beragama seluruhnya harus aktif bergerak untuk menangkal narasi-narasi radikalisme di tengah masyarakat,” tegas Musaad.

Penyebaran narasi radikalisme saat ini, menurut Musaad, sudah sangat meresahkan. Paham dan narasi radikal telah menyebar di berbagai lini kehidupan masyakarat seperti sekolah, kampus, lembaga keagamaan dan masyarakat.

“Mempersempit ruang gerak paham dan narasi radikal harus dilakukan terpadu oleh semua pihak, baik di level pemerintah, lembaga pendidikan, keagamaan dan masyarakat seluruhnya,” pungkas Musaad.

Turut hadir dalam dialog interen umat Hindu ini, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Maluku H. Jamaludin Bugis, Kepala Bidang Bimas Kristen Nansij Latuheru, Pembimas Katolik Bernardus Fanulene, Pembimas Hindu Sukardi Riyanto, Pembimas Budha Sariyono dan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku I Nyoman Sukadana.*** Rul

Views: 1