POLEMIK HASIL SURVEY DI PILGUB MALUKU 2018
Ambon, Cengkepala.com – Sebelum kita masuk lebih jauh, ada baiknya kita buka lagi memori kita di Pemilihan Walikota Ambon kemarin. LSI-KCI adalah rival konsultan dari SDI. Boleh dikatakan, momen Pilwakot kemarin adalah gawe dua lembaga yang masih sekandung ini.
Sejak awal survey, Richard Louhenapessy selalu berada di peringkat teratas dalam soal Preference dan Elektabilitas Calon Walikota. Beberapa lembaga survey lokal seperti RESCO dan MSS juga memiliki temuan yang sama.
LSI-KCI getol merilis hasil survey selama itu. Sementara SDI, relatif secara resmi tidak merilis hasil surveynya. Bisa jadi dengan pertimbangan strategis, datanya tidak dipublikasikan. Tapi faktanya hasil temuannya sama dengan yang dirilis LSI-KCI. Richard Louhenapessy dan Syarif Hadler akhirnya keluar sebagai pemenang Pilwakot Ambon yang di arsitek oleh LSI-KCI.
Di Pemilihan Gubernur Maluku 2018, keduanya kembali menjadi bahan perbincangan, akibat perbedaan hasil survey yang dirilis beberapa hari lalu. Perang hasil survey pun tidak bisa dihindari.
Berbeda dengan saat Pilwakot kemarin, LSI-KCI dan SDI bertukar posisi. Pada saat Pilwakot, sudah menjadi rahasia umum, SDI mengarsiteki pasangan PANTAS. Sementara LSI-KCI di pihak Richard-Syarif, Incunbent.
Kini, di Pilgub Maluku 2018, keduanya kembali menjadi rival konsultan. Namun, kali ini berbeda. Keduanya berganti posisi. KCI-LSI mengarsiteki pasangan BAILEO, sementara SDI mengarsiteki pasangan SANTUN, Incunbent. Di pihak lain pasangan HEBAT tidak menggunakan lembaga survey yang ternama. Dengar-dengar, pasangan ini, terutama AV, tidak mau menggunakan jasa konsultan karena terbiasa main bebas.
Bila kita perhatikan sejak awal proses Pilgub Maluku, SDI selalu merilis hasil surveynya ke publik. Terhitung sudah tiga kali. Hasilnya, pasangan SANTUN selalu berada di peringkat teratas. Terakhir dirilis pada Desember 2017, masing-masing SANTUN 47,50%, HEBAT 26,50%, dan BAILEO 10,33%.
Sementara LSI-KCI hanya sekali. Tapi tidak menyampaikan nilai Elektabilitas masing-masing Paslon. KCI-LSI lebih menitik beratkan pada isu dan peluang Gubernur Baru. Tapi faktanya juga sama, SANTUN memiliki elektabilitas teratas.
Beberapa hari lalu, SDI kembali merilis hasil surveynya yang ketiga. Hasilnya pasangan SANTUN 35,00%, HEBAT 26,17%, dan BAILEO 25,33% di periode Juni 2018.
Kalau kita amati dari periode Desember hingga Juni, elektabilitas SANTUN mengalami penurunan cukup signifikan. Pasangan HEBAT relatif Stagnan dari Desember 2017 hingga Juni 2018. Sementara pasangan BAILEO mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Walaupun demikian kenaikan elektabilitas BAILEO tidak merubah formasi urutan. BAILEO masih di urutan ketiga.
Penurunan elektabilitas SANTUN bisa jadi disebabkan oleh tidak maksimalnya tim relawan. Terlalu percaya diri juga berbahaya. Bisa jadi juga karena tertekan secara psikologis. Tapi penurunan ini sepertinya sudah di prediksikan sebelumnya. Kurangnya antisipasi bisa jadi malapetaka.
Sementara itu pasangan HEBAT justru tidak mengalami perubahan. Kondisi stagnasi dari awal hingga sekarang belum mampu dipecahkan oleh tim suksesnya. Penurunan elektabilitas SANTUN, kurang begitu berpengaruh ke pasangan ini.
Sebaliknya, penurunan yang di alami SANTUN, berdampak ke pasangan BAILEO. Relatif pasangan ini mampu memanfaatkan kediaman dari SANTUN untuk meyakinkan publik.
Menariknya di waktu yang hampir bersamaan, LSI-KCI juga meliris hasil surveynya. Hasilnya elektabilitas BAILEO lansung loncat ke urutan pertama dengan angka 30,0%, diikuti SANTUN 25,3% dan HEBAT 24,6%.
Hasil survey ini tentu mengejutkan, karena sedari awal KCI-LSI tidak pernah merilis hasil elektabilitas ke publik. Tentunya kita tidak langsung menelan mentah-mentah, karena salah satu aspek dalam data adalah rekaman data dalam bentuk time series atau data periodik. Ini yang harus dilakukan dari awal oleh LSI-KCI, walaupun kliennya memiliki elektabilitas yang rendah.
Kalau boleh mengingat-ingat, saat Said Assagaf-Ety Sahuburua survey dari awal proses hingga menjelang pemilihan, selalu berada di rangking pertama, begitu juga Richard-Sam pada periode pertama, Richard-Syarif pada periode kedua, Yasin Payapo-Timotius Akerina, Ramly Umasugi, menunjukkan pola yang sama.
Walaupun survey bukan untuk menyatakan pemenang, tapi survey menjadi batu loncatan untuk kita memprediksi kemungkinan-kemungkinan akhir setelah pemilihan.
Beberapa hari yang lalu telah lewat, hari ini kita mencoblos. Semua orang boleh memprediksi. Siapa yang akan keluar menjadi pemenang??? Kita liat saja.**
Penulis adalah direktur Research Consulting and Marketing (RESCO), Jais Pastty