Pusat Konservasi Satwa Maluku Jadi Sorotan: UNDP, BIOFIN, dan Pemerintah Pusat Tinjau Langsung Upaya Konservasi
Ambon, CENGKEPALA.COM – Tim UNDP Indonesia, BIOFIN Global, serta perwakilan dari Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian PPN/Bappenas melakukan kunjungan lapangan ke Pusat Konservasi Satwa Maluku, Kebun Cengkeh, Kota Ambon, pada Senin (29/9/2025). Kunjungan ini bertujuan untuk menyaksikan secara langsung capaian dan kontribusi nyata dari inisiatif konservasi yang ada di Indonesia.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, Dany Pattipeilohy, menyambut baik kunjungan ini. “Kami mengharapkan kunjungan ini sebagai bentuk dukungan dari Biovin dan UNBP, bekerja sama dengan Bappenas, untuk pengembangan konservasi di Kota Ambon,” ujarnya.
Pattipeilohy menjelaskan bahwa tujuan utama kunjungan ini adalah untuk melakukan evaluasi dan menyusun rencana pengembangan keanekaragaman hayati di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Selain itu, tim juga meninjau perkembangan pusat konservasi satwa yang dibangun melalui pendanaan Syariah pada tahun 2021, serta mengevaluasi implementasi pengembangan negara-negara sahabat hayati di pulau-pulau di kedua provinsi tersebut.
“Kami juga meninjau aspek pendanaan alternatif yang didukung pemerintah, dengan harapan dapat mencakup seluruh kegiatan terkait keanekaragaman hayati, khususnya untuk jenis burung paruh bengkok (kakatua) yang ada di Provinsi Maluku dan Maluku Utara,” tambahnya.

Pusat Konservasi Satwa Maluku sendiri dikelola oleh PKSM (Pusat Konservasi Satwa Maluku) yang baru, dengan jaringan yang mencakup 18 kabupaten/kota. Aset konservasi ini tersebar di berbagai lokasi, termasuk pusat rehabilitasi satwa.
Pattipeilohy menjelaskan bahwa pusat rehabilitasi satwa menerima satwa hasil translokasi dari berbagai wilayah di luar Provinsi Maluku, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, NTB, dan Bali. Satwa-satwa ini kemudian direhabilitasi dan diperiksa kesehatannya untuk mengembalikan sifat liar mereka.
Saat ini, terdapat 195 jenis tumbuhan dan satwa yang sedang dalam proses rehabilitasi. “Ini merupakan aset penting, bukan hanya karena perannya dalam menjaga keanekaragaman hayati dan penyelamatan satwa, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan pemahaman bagi generasi muda,” kata Pattipeilohy.
Pusat konservasi ini memberikan edukasi kepada generasi muda tentang konservasi, keanekaragaman hayati, dan pentingnya pendidikan lingkungan. Pattipeilohy berharap dukungan dari berbagai pihak dapat membantu mengelola konservasi ini agar menjadi lembaga konservasi khusus yang memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat.
“Keberadaan konservasi ini memberikan dampak ekologis dan sosial kepada masyarakat, terutama bagi mahasiswa sebagai tempat penelitian. Selain itu, tempat ini juga telah menjadi lokasi penelitian bagi sejumlah sarjana,” ujarnya.
Pattipeilohy juga menyoroti pentingnya pemeliharaan dan pengembangan fasilitas di pusat konservasi ini, termasuk perpanjangan izin, pembangunan kandang aviari, serta peningkatan fasilitas kesehatan dan peralatan penanganan satwa. Ia berharap kunjungan ini dapat mendorong peningkatan pembangunan dan pengembangan fasilitas di Pusat Konservasi Satwa Maluku.