Cengkepala

Tak Miliki Depot BBM, Jadi Penyebab Kelangkaan Minyak di MBD

Ambon, CENGKEPALA.COM – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya bensin di kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) terus terjadi, padahal pemerintah daerah telah mengupayakan berbagai cara demi menjaga stabilitas stok BBM.

Salah satu upaya signifikan yang telah dilakukan pemerintah daerah , yakni pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di setiap kecamatan. Saat ini, kurang lebih 5 kecamatan telah memiliki SPBU , yang bertujuan dapat menunjang kebutuhan BBM pada kecamatan tersebut dan kecamatan sekitar.

Namun, keberadaan SPBU pada lima kecamatan tersebut masih belum menjadi Solusi bagi pemenuhan BBM untuk masyarakat. Kerap kali terjadi kelangkaan minyak hingga dua pekan lamanya, karena keterlambatan distribusi BBM dari Depot atau terminal BBM yang selama ini melayani kebutuhan BBM di MBD yang berada di kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Melihat kondisi tersebut, Direktur PT Michelle Celline , Thomas Melaira salah satu pengelola SPBU di Kecamatan Kepulauan Roma (Romang) mengatakan, keberadaan SPBU pada beberapa pulau atau kecamatan di MBD sangat membantu. Namun MBD adalah wilayah kepulauan dan merupakan wilayah dengan iklim musim, sehingga pada musim-musim tertentu kondisi gelombang laut cukup tinggi dan mengakibatkan aktifitas transportasi laut terhambat.

“Daerah kita adalah daerah kepulauan, sehingga tranportasi utama adalah jalur laut. Tetapi pada musim-musim tertentu aktifitas kapal dihentikan karena gelombang air laut cukup tinggi. Hal ini juga yang terjadi pada sistim distribusi BBM, jika kondisi laut tidak memungkinkan. Maka kapal pengangkut BBM dari Depot juga tidak dapat beraktifitas,” ungkapnya, Rabu (17/7/24) di Moa.

Karena itu menurutnya, ketiadaan Depot atau terminal BBM di kabupaten BBM menjadi salah satu indikator atau penyebab terjadinya kelangkaan minyak. Dimana menurutnya, ada situasi yang mana aktifitas kapal antar kabupaten tidak dapat berjalan. Namun untuk menjangkau antar pulau di MBD masih terjangkau.

Sehingga lanjutnya, jika kabupaten MBD sudah memiliki Depot sendiri. Maka paling tidak distribusi BBM akan sedikit lebih lancar dibandingkan dengan situasi yang saat ini dialami. “Kalau ada Depot di MBD, pasti penyaluran BBM ke SPBU bisa sedikit lebih lancar,” ucapnya.

Ia mengatakan, kondisi kelangkaan BBM yang selama ini terjadi sebenarnya bukanlah menjadi tanggung jawab pemerintah, namun sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola SPBU. Karena berapa banyak kuota di setiap SPBU, tergantung pada daya beli pengelola. Tetapi sebagai pihak pengelola juga, belum bisa membeli dengan jumlah lebih karena sebagian besar infrastruktur SPBU masih tradisional. Atau dengan kata lain, sistem penyimpanan minyak masih dilakukan di Gudang, dimana BBM hanya di tampung di Drum atau wadah lainnya. Sehingga kemungkinan terjadinya penguapan minyak saat berada di penampungan pasti terjadi. Karena itu stok BBM yang tersedia , hanya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tidak ada stok untuk antisipasi cuaca maupun ketika terjadinya peningkatan daya beli minyak oleh masyarakat.

“Kenapa sistim tampung kita masih tradisional atau masih dimuat di dalam Drum atau wadah lainnya dan ditampung di Gudang. Karena untuk memudahkan saat pengangkutan dari kapal pengantar BBM di Pelabuhan menuju SPBU. Berbeda jika kabupaten MBD sudah memiliki Depot, maka yang melayani pengakutan minyak dari kapal adalah Truk tengki Pertamina yang dapat memuat berbagai jenis BBM, sehingga jumlah minyak yang tertampung pada satu truk tangki Pertamina adalah jumlah yang besar yakni puluhan ribu liter . Jika demikian, maka saya yakin seluruh pengelola SPBU akan membangun tangki pendam atau bak penampung minyak di dalam tanah,” jelasnya.

Jika demikian katanya, maka pengelola SPBU tidak perlu khawatir untuk membeli BBM dalam jumlah banyak. Bahkan saat BBM habis pun, pengelola dapat segera melakukan pembelian Kembali tanpa perlu mengkhawatirkan cuaca. Kecuali saat itu cuaca betul-betul ekstrim dan tidak bisa dijangkau sama sekali oleh kapal angkut.

Ia mengakui, untuk SPBU miliknya di kecamatan Kepulauan Roma (Romang), sejauh ini masih menggunakan drum dan botol dalam melayani penjualan minyak. Sementara di SPBU pada kecamatan  lainnya, ada juga yang telah menggunakan mesin, tetapi daya tampung pada mesin tersebut masih sangat kecil. Berbeda jika setiap SPBU telah memiliki tangki bawah tanah, tentu sistim penyaluran dari tangki langsung ke mesin jual. Sehingga berapa banyak yang ingin dibeli masyarakat dapat terlayani. Karena Pengelola tidak khawatir akan penguapan yang berdampak pada penyusutan jumlah minyak , jika tidak ada pembelian.

Karena itu dirinya berharap, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah pusat dapat membantu Pemerintah Daerah untuk berkoordinasi dengan PT Pertamina(Persero) agar dapat segera membangun Depot di Kabupaten MBD. Sehingga dapat meminimalisir kelangkaan minyak di kabupaten bertajuk Bumi Kalwedo ini. (CP-01)

Views: 10