Ambon, cengkepala.com – Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (TP4D) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Maluku bersama Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Maluku, meninjau proyek Pengembangan Kawasan Bawang Merah yang dibiayai melalui anggaran Kementerian Pertanian, di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra).
Informasi yang dihimpun media ini melalui Humas Provinsi Maluku, Senin pagi (27/08) menyebutkan, kunjungan romobongan tiga instansi tersebut berlangsung pada hari Jumaat pekan kemarin.
Lokasi yang ditinjau Distan dan TP4D Kejati Maluku ini, ialah penerima bantuan di tiga desa yakni Kamear, Yafawun dan Watngon, Kecamatan Kei Kecil Timur. Peninjauan juga dilakukan dengan memperoleh keterangan dari para petani dan pihak Distan setempat, yang pada kesempatan tersebut juga telah melakukan panen pada sebagian besar lahan.
Kepala Dinas Pertanian Kab. Malra, Felix Boonu Tethol di lokasi panen mengatakan, puncak produksi pada sentra bawang merah di ketiga desa, pada akhir Agustus 2018 inj diperkirakan mencapai 200 sampai 240 ton dari luasan lahan 40 hektar.
Namun demikian, dirinya kembali memastikan hasil panen tersebut bisa terdongkrak hingga mencapai 300 ton, dengan asumsi 1 hektar menghasilkan 8 hingga 9 ton.
“Memang awal, kami prediksikan sekitar 240-an ton, tetapi setelah kita bikin uji terhadap hasil ubinan pada beberapa lahan yang dipanen ternyata 1 hektar produktivitas bisa mencapai 8 sampai 9 ton,” ungkapnya.
Berkaitan dengan kualitas bawang hasil panen, Felix akui, bisa bersaing di pasaran. “Untuk hasil panen ini, kita sudah bisa bersaing. Tetapi, selalu saya tegaskan kepada petani, soal kualitas kita tidak bisa harus sama dengan daerah lain, tetapi kita harus bisa lebih unggul dari daerah lain,” tuturnya.
Lebih jauh dikatakan, sudah saatnya, petani di Kab. Malra bangkit untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra komuditas bawang sejalan dengan program pemerintah saat ini.
“Ke depan jika kita konsen, daerah ini bisa jadi sentra dengan kualitas yang baik melalui perbaikan jadwal tanam, perbaikan sarana prasarana pendukung serta infrastruktur,” ujarnya optimis.
Untuk menunjang pengembangan kawasan, Felix menyebutkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya petani masih kekurangan intro dryer yang merupakan alat pengering dan air. Padahal untuk memperoleh bawang dengan kualitas baik tergantung air.
“Kita di sini mengalami musim panas yang cukup panjang yang mengakibatkan sumur dan kali kering. Kita juga punya sumur di lokasi, tetapi semuanya kering, sehingga kita butuh bak atau embung sebagai wadah penampungan air,” terangnya.
Selain itu, dari aspek budidaya yakni pupuk, dia katakan, yang diperoleh secara subsidi hanya pupuk dasar, NPK. Sementara untuk hasil yang baik, dibutuhkan pupuk tunggal, diantaranya urea, TSP dan KCL, yang nantinya disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman itu.
Meskipun demikian, menurut Felix, petani sudah bisa mandiri dalam rangka perbaikan kesejahteraan melalui bantuan Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian Provinsi Maluku berupa bantuan bibit bawang merah bagi petani.
“Petani kita saat ini sudah bisa membuktikan dengan menghasilkan kualitas bawang yang siap bersaing di pasar. Saya berharap ke depan kebijakan provinsi dengan menjadikan Malra sebagai sentra bawang dapat terwujud,” paparnya.
Tingkat partisipasi swadaya petani saat ini, disebut Felix, cukup tinggi dalam penanaman komoditi bawang merah, baik untuk sewa tenaga kerja saat pembukaan lahan, pengolahan lahan, sewa untuk penanaman, sampai pada sewa tenaga kerja dalam rangka panen.
Untuk itu, ke depan dia harapkan adanya perluasan lahan yang diperuntukan bagi pengembangan bawang merah di Malra. “Diperkirakan saat ini, lahan yang tersedia sekitar 300 hektar. Tapi kalau toh kita jadi sentra, kita bisa targetkan 700 hektar,” imbuhnya.
Pihaknya juga menargetkan, di tahun 2019 mendatang, akan meningkatkan Indeks Penanaman (IP) melalui perbaikan jadwal tanam.
“Kita juga targetkan, kalau di Jawa, IP nya 200 yaitu 2 kali tanam, maka kita targetnya 3 kali yang musim tanamnya dimulai pada bulan April,” ucapnya.
Untuk pemasaran hasil petani, pihaknya mempercayakan ketangguhan petani dalam bernegosiasi di pasar. Namun demikian pihaknya tidak begitu saja membiarkan petani sendiri mencari pasar.
“Yang jelas, kami akan membantu petani dalam memasarkan hasil mereka. Ada beberapa distributor yang sudah mulai mendekati. Kami juga berharap Distan Provinsi Maluku dapat membantu petani untuk berkoordinasi dengan dinas terkait di Ambon baik Bulog, Perindag maupun dengan pemasok/distributor untuk mengatasi over stock yang terjadi pada petani kami,” ungkapnya.
Dengan demikian, kata dia, cita-cita menjadikan “Maluku Tenggara Mutiara Baru Sentra Bawang Merah di Indonesia Timur” dapat terwujud.
“Kami optimis petan akan menguasai pasar Maluku Tenggara dan Kota Tual Tahun 2018 dan akan menguasai pasar Maluku Tahun 2019,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu petani yang diwawancarai, Paulus Ohoirat mengatakan, dirinya sangat berterimakasih kepada pemerintah.
“Ini untuk pertama kali, kami menerima bantuan bibit bawang, yang mana dari hasil panen ini, nantinya bisa membantu kebutuhan hidup kami sehari-hari,” paparnya.
Dia katakan, dirinya akan terus mengembangkan bawang sebagai mata pencahariannya. “Kami ingin berkebun. Saat ini ibu, bapak telah meliat kami sudah berhasil, sehingga kami berharap adanya perbaikan sarana prasarana dan infrastruktur lainnya seperti bak penampung air untuk mengatasi kekeringan,” tandasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu petani bernama Tobi. Dirinya mengakui bisa menghidupi keluarganya dari hasil panen bawang ini. “Memang sudah ada pemasok yang mendekati beta. Pemasok itu dari salah satu daerah di Maluku Tenggara Barat,” ungkapnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultra, Dinas Pertanian Kab.Malra, Amin Latuconsina mengatakan, kegiatan pengembangan penanaman bawang merah di Kabupaten Malra pada tahun 2018 seluas 40 Hektar.
Menurutnya, bawang merah di Kecamatan Kei, sudah dipastikan kontinuitas penanaman secara berkelanjutan.
“Sudah terbukti kualitas panen di sini terjamin, harga bersaing dengan Jawa Timur dan Sulawesi,” ujar Amin mempromosikan bawang petani setempat.
Dia juga menambahkan, dari pengembangan sentra bawang merah di ketiga desa tersebut melibatkan 75 Kepala Keluarga (KK). ”Dengan harapan penghasilan per KK per bulan diatas 5 juta, selain itu dapat menyerap tenaga kerja 19.000 HOK per tahun,” beber Amin.
Tim TP4D yang diturunkan bersama Distan Maluku ini sebanyak dua orang, untuk melihat langsung kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat.
Sebagaimana diketahui Distan Maluku, telah menandatangani Memorandum of Understunding (MoU) dengan Kejati Maluku dalam rangka pengawalan proyek pembangunan.** RDks – Ald