Gelar Dialog Kebudayaan , Barends Suarakan Pentingnya Budaya dan Spritualitas Dalam Pembangunan
Ambon , CENGKEPALA.COM – Diikuti oleh berbagai elemen, termasuk tokoh agama, budayawan, akademisi, komunitas adat, mahasiswa, serta masyarakat. Anggota Komisi VII DPR RI, Mercy Chriesty Barends, menggandeng Kementerian Kebudayaan menggelar Dialog Kebudayaan bertajuk “Semarak Budaya: Refleksi Kritis Peran Agama dan Budaya dalam Pembangunan Maluku”, yang berlangsung di Manise Hotel, Senin, (28/7/25).
Dialog ini menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka, yaitu Pdt. Rudolf Rahabeat, Mercy Chriesty Barends sendiri selaku anggota DPR RI Komisi VII, serta Dr. Abdul Manaf Tubaka, akademisi dan pengamat budaya. Ketiganya memberikan pandangan reflektif tentang peran strategis budaya dan agama dalam menjawab tantangan pembangunan Maluku saat ini.

Barends dalam kesempatan tersebut mengatakan, tujuan utama kegiatan adalah untuk menggali secara kritis kekuatan nilai budaya dan spiritualitas dalam menciptakan pembangunan yang lebih inklusif, adil, dan merata. Dialog ini menjadi ruang pertemuan antara pemikiran kebudayaan, iman profetik, dan kebijakan publik.
” Pembangunan harus dimulai dari akar nilai dan identitas masyarakat. Pembangunan Maluku harus bertumpu pada kekuatan budaya dan nilai-nilai profetik agama yang telah lama hidup dalam masyarakat Tanpa itu, pembangunan akan bersifat superfisial,” ungkapnya.
Ia menegaskan, Kenapa terjadi ketimpangan kemiskinan yang cukup parah ,, kemiskinan ekstrim di maluku. Dan apa yang sebenarnya harus kita kaji, sehingga dengan melibatkan seluruh element kota bisa mengetahui apa yang menjadi permasalahan seperti ini di Maluku.
” Tadi kita mendapatkan sejumlah akar permasalahan, yaitu antara lain kita menghadapi konflik sosial yang terjadi, karena ada terjadi ketimpangan struktural antara dominasi terhadap ekonomi, terhadap sistim politik, dominasi kekuasaan,sistim pasar kita, kemudian kadang kala terjadi peminggiran atau pelemahan nilai adat yang sangat sakral, dan suci. Kemudian dirasakan kadang dimanfaatkan hanya untuk acara simbolisasi “selebrasi” tertentu saja, kadang banyak dimanfaatkan untuk kepentingan politik, ” ungkapnya.
Sehingga ungkapnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun sinergi antara negara, masyarakat, dan nilai-nilai kultural untuk menjawab persoalan pembangunan Maluku secara lebih menyeluruh dan berkelanjutan. (CP-01)