Politikus Tionghoa PKB Bicara soal Pribumi
Jakarta – Pidato Gubernur DKI Anies Baswedan soal pribumi menjadi polemik. Politikus PKB yang datang dari etnis Tionghoa, Daniel Johan, angkat bicara soal itu.
“Pak Anies memang sudah mengklarifikasi bahwa (pidato) itu hanya untuk menjelaskan zaman kolonial dan tidak ada maksud yang lain. Tidak ada lagi istilah ‘pribumi’ dan ‘nonpribumi’, yang ada hanya WNI dan WNA,” ujar Daniel dalam keterangannya, Rabu (18/10/2017).
Menurut Daniel, semua WNI yang lahir di Indonesia adalah pribumi. Dia mengaku heran bila masalah pribumi kembali digaungkan.
“Semua WNI yang lahir di Indonesia adalah pribumi, mau rambutnya lurus atau keriting, mau matanya sipit atau belo, mau kulitnya hitam-putih-cokelat-kuning, semuanya adalah pribumi bagian dari keragaman Indonesia yang begitu kaya dan menjadi kekuatan Indonesia yang dahsyat di mata dunia,” tutur Wasekjen PKB ini.
“Makanya saya heran, kenapa kita jadi mundur jauh ke belakang, sejak Gus Dur, Megawati, dan SBY sudah mewarisi kemajuan yang besar dalam kehidupan kebangsaan kita, degan melahirkan UU yang membuat keragaman dan persatuan menjadi kekuatan Indonesia,” sambung Daniel.
Jokowi, menurutnya, juga sangat tegas soal masalah keberagaman Indonesia itu. Daniel mengatakan hal tersebut tercantum dalam Nawacita.
“Tapi kok justru muncul saat Presiden Jokowi saat ini, ini tantangan dan ujian besar bagi pemerintahan,” kata dia.
Daniel mengingatkan Indonesia telah memiliki UU Kewarganegaraan yang telah mengatur pengertian soal orang Indonesia asli. Dalam UU No 12 Tahun 2006 itu, tidak disebutkan bahwa orang Indonesia asli berarti pribumi.
“Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang disebut orang Indonesia asli ialah yang lahir di Indonesia dan tidak menerima kewarganegaraan negara lain. Jika mengartikan orang Indonesia asli ialah orang yang bukan keturunan dari bangsa lain, hal itu tentu sulit. Sebab, nenek moyang orang Indonesia sendiri tidak berasal dari dataran Indonesia, melainkan dari Indocina Yunan,” papar Daniel.
Bila definisi soal orang Indonesia asli seperti itu, menurut dia, berarti tidak ada orang Indonesia yang benar-benar asli. Sebab, nenek moyang Indonesia, dikatakan Daniel, bukan dari dataran Indonesia.
Yang benar asli itu Homo wajakensis, yang fosilnya ditemukan di Tulungagung pada 1889, dan Homo soloensis, yang fosilnya ditemukan di Bengawan Solo pada 1931, yang hidup 40.000 tahun silam,” ucap Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.
“Musuh kita adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, mari kita satukan kekuatan seluruh anak bangsa yang beraneka ragam ini untuk mengatasinya,” tambah Daniel.
Dia juga berbicara soal konteks kebangsaan. NU, disebut Daniel, merupakan salah satu bagian terpenting dalam hal ini.
“Kita bersyukur Indonesia memiliki NU, yang menjadi orang tua dan juga perekat sosial di tengah kemajemukan, yang pertama kali menerima Pancasila sebagai ideologi negara, warisan tersebut harus terus kita jaga,” sebut Daniel.
Sebelumnya, Anies menyinggung soal pribumi saat berpidato di hadapan warga yang hadir dalam acara Selamatan Jakarta, setelah dirinya dilantik dan melakukan sertijab di Balai Kota DKI, Senin (16/10) malam. Anies awalnya berbicara soal praktik kolonial masa lalu, termasuk di Jakarta.
“Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura: itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelur, ayam yang mengerami,” ungkap Anies.
(elz/tor)
Sumber : https://goo.gl/pJiDPg