Cengkepala

Tahun-Tahun Sunyi di Lewati, FLP Maluku Rubah Tantangan Jadi Peluang

Setelah mengalami tahun-tahun yang sunyi,  kembali lagi beberapa orang, yang umumnya masih menempuh kuliah S1 di Kampus Universitas Pattimura Ambon, berinisiatif guna menghidupkan kembali roh FLP di Maluku.  “Tantangan yang paling besar adalah dengan letaknya geografis kepulauan di Maluku, ini akan diubah oleh FLP sebagai peluang. Tantangan bukan hambatan. Melainkan tantangan sebagai peluang,” cetus Pariusamahu.***

Ambon, cengekapala.com – Memasuki Forum Lingkar Pena atau disingkat FLP merupakan hal yang gampang-gampang susah untuk dilakukan. Karena memutuskan untuk bergabung dalam forum penulis ini berarti berani berkomitmen untuk menjalani aktivitas menulis secara kontinyu. Tidak sembarang jenis tulisan bisa dipublikasikan di sini. Ada beberapa aturan yang mengikat para penulisnya. Namun, kebebasan berkreasi tetaplah dijunjung tinggi.

Forum Lingkar Pena diprakarsai oleh Helvy Tiana Rosa, Muthmainah, Asma Nadia serta bebrapa mahasiswa sastra Universitas Indonesia. Setelah diskusi mengenai minat baca remaja yang cenderung meningkat, mereka pun menyimpulkan bahwa masyrakat membutuhkan bacaan bermutu untuk dikonsumsi. Maka tanggal 22 Februari 1997 pun terbentuk Forum Lingkar Pena. Helvy Tiana Rosa terpilih menjadi ketua umum. Dan untuk kepengurusan periode ini dipimpin Afifah Arafah menggantikan Sinta Yudisia W., M.Psi yang baru saja dimisoner.

Kini, komunitas kreatif ini mewabah sampai ke Maluku dan berpusat dikota Ambon. Cengkepala.com, menjajaki sejumlah pendiri FLP wilayah Maluku. Muhamad Nasir Pariusamahu, salah satu aktor terbentuk FLP di Maluku. Kepada cengkepala.com Pariusamahu menjelaskan, FLP wilayah Maluku awalnya terhimpun oleh ide beberapa anak muda dari berbagai latar belakang yang berbeda di Kota Ambon pada tahun 2013. Namun, ide-idenya masih sebatas diskusi via whatsApp.

“Belum sampai tahap pengimplementasiaan. Akhirnya grup tersebut terpaksa dibubarkan karena anggota grup sudah banyak yang sibuk beraktivitas dalam pekerjaan,” akui Pariusamahu.

Setelah mengalami tahun-tahun yang sunyi, Lanjut Pariusamhu, kembali lagi beberapa orang, yang umumnya masih menempuh kuliah S1 di Kampus Universitas Pattimura Ambon, berinisiatif guna menghidupkan roh FLP kembali. Alhasil mereka adalah Nasir, Tuti, Tika, dan Nisa pun membentuk komitmen literasi dalam wadah FLP pada tanggal 13 Februari 2016. Kemudian mereka mengajak mahasiswa yang se-ide, setelah itu dengan semangat bersama mereka bersatu dalam FLP sebagai pengurus seperti yang tertera dalam SK Kepengurusan nomor 007/KU/FLP/WIL-CAB/III/2017.

“Perjalanan membentuk FLP tidaklah mudah semudah membalikan telapak tangan. Ada tiga faktor yang paling berpengaruh, diantaranya terbatasnya jumlah pengurus, ketidakaktifan pengurus yang telah menyatakan diri siap dan koordinasi antar wilayah dan pusat yang kurang optimal,” ungkap pria asal Kabupaten Maluku Tengah itu.

Dikisahkan, bermodalkan komitemen dan keyakinan, masa-masa sunyi itu dilalui. Setelah pengurus terbentuk di tahun 2016. Setahun kemudian, barulah SK Nomor: 001/ FLP-Maluku/SPM/ III/ 2017, pada tanggal 1 Oktober 2017 dijawab dengan penerbitan SK Kepengurusan tanggal 3 Oktober 2017. SK tersebut langsung ditandatangani oleh Ketua Umum FLP Pusat yaitu Sinta Yudisia W.,M.Psi. Sejak dibentuk sampai saat ini, FLP dinahkodai oleh M. Nasir Pariusamahu sendiri.

“Alhamdulilah, saya diberi tanggung jawab untuk mengurusi FLP wilayah Maluku. Ini sebuah amanah ,” ucapnya.

Pariusamahu mengaku, PFLP Maluku yang tengah dipimpinnya tersebut telah terdaftar sebagai organisasi resmi dan legal di Maluku dengan diterbitkannya SKT nomor 220/476/BKBP/XI/2017. Walau masih dikatakan belia usianya di Maluku bahkan Indonesia, FLP Maluku optimis akan bisa mewujudkan cita-cita besar sesuai visi misinya.

“Tantangan yang paling besar adalah dengan letaknya geografis kepulauan di Maluku, ini akan diubah oleh FLP sebagai peluang. Tantangan bukan hambatan. Melainkan tantangan sebagai peluang,” cetus Pariusamahu.*** (Rul)

Views: 0