Cengkepala

Abaikan Lambang Adat, Anak Maluku ini Minta Pemda Hargai Identitas Maluku

Ambon, cengkepala.com – Aksi protes komunitas kalesang Maluku atas tidak dihargainya sejumlah lambang adat yang jadi pijakan pada sejumlah trotoar kota Ambon, berujung pada demonstrasi yang digelar, Kamis (23/8) lalu. Peristiwa ini mendapat tanggapan dari Ketua Walang Aspirasi Maluku, Kristian Sea.

Ketua Walang Aspirasi Maluku, Kristian Sea.*** Foto/Nick

Kristian yang ditemui pada Senin, (27/8) awalnya mengungkapkan, permintaan maafnya atas pernyataan yang menyatakan bahwa, Negara Indonesia bukan negara hukum.

Menurut lelaki yang sempat ditahan atas aksinya itu, pernyataan miringnya itu didasarkan atas, akumulasi kekecewaan terhadap Pemda (Negara), yang tidak menghargai identitas adat siwalima, yang merupakan lambang pemersatu Masyarakat Maluku yang dikenal dengan nama” Pelagandong” Salam Sarane.

Karena itu penangkapan terhadap dirinya, adalah upaya untuk mematikan karakter orang Maluku dalam menperjuangkan hak-hak adatnya.

“Semestinya Lambang Siwalima tidak ditaruh menjadi pijakan di tanah, karena lambang yang sakral itu tidak seharusnya diinjak-injak dan diludahi, bahkan di(kenc****) oleh Anak Maluku sendiri ataupun orang luar yang berkunjung ke Maluku,”imbuhnya.

Untuk itu, lambang-lambang adat yang ditaruh di trotoar jalan semestinya dibongkar. Ditegaskan, Walang Aspirasi Maluku yang tergabung dalam komunitas Kalesang Maluku, kemarin melakukan aksi damai, untuk mengkritisi kebijakan Walikota Ambon untuk mengevaluasi dan membongkar lambang adat Siwalima di sejumlah trotoart yang ada.

Menurut Kristian, lambang-lambang adat yang merupakan ciri kemalukuan, dari Masyarakat Maluku sejak ratusan tahun yang lalu merupakan kekayaan warisan budaya yang takternilai harganya. Sehingga seharusnya diapresiasi dan disosialisasi secara baik, yakni ditempatkan sebagai ornamen di gedung-gedung pemerintahan dan sekolah-sekolah.

Diakhir wawancaranya, Kristian menyatakan aksi yang dilakukan bersama teman-temannya itu bukan aksi melawan pemerintah, tetapi presurre terhadap Walikota Ambon dan semua pemangku kepentingan di Maluku untuk menghargai identitas adat Maluku.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, aksi demonstrasi Komunitas Kalesang Maluku, melibatkan hampir 70an orang itu, selain dari kota Ambon juga ada yang berasal dari Tehoru dan Haruku, dalam aksi itu, komunitas Kalesang Maluku, mengadakan longmarch dari tugu Pattimura , menyusuri jalan Pattimura menuju Polda Maluku.

Bahkan kalau aksi yang pertama adalah mengecat lambang adat, tetapi pada aksi yang kedua adalah membongkar lambang adat itu dengan linggis.** Nick

Views: 3