Nemlea, cengkepala.com – Pantai Merah Putih, sebuah pantai yang letaknya di kawasan Kota Namlea, Ibukota Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Pantai yang oleh masyarakat setempat dikenal PMP itu kini menjadi objek wisata malam. Letak PMP sangat strategis dan menjadi bagian yang menyatu dengan suasana Kota Namlea dengan teluknya yang indah.
Di PMP, mata pengunjung akan dimanjakan pemandangan pantai yang digabungkan dengan berbagai wisata kuliner khas Kabupaten Buru. Selain memberikan kesan romantisme ala pemuda zaman NOW, PMP juga memberikan ketentraman kepada keluarga yang hendak mengakhiri akhir pekan disana.
Bicara tentang kuliner khas PMP, yakni pisang gepe. Cengkepala mencoba mewawancarai pedagang yang menjajaki makan khas orang Maluku itu. Asiah, (38) seorang ibu rumah tangga yang merasakan langsung berkah objek wisata malam PMP. Ibu dua anak ini menjelaskan, Pisang Gepe yang dibuatnya tersebut selalu habis terjual setiap harinya. “Pengunjung yang datang lumayan. Namun lebih banyak anak muda. Pada Sabtu atau minggu tempat ini selalu ramai,” ungkap ibu dua anak itu.
Aisyah menejelaskan bagaimana pembuatan pisang gepe miliknya. Dikatakan Pisang gepe sebelumnya dibakar kemudian dipipihkan dan diberi campuran air gula merah. Dan minuman khas kopi jahe kenari yang mana kopi ditaburi buah kenari (Guraka) jadi minuman pendamping pisang gepe. Katanya suasana PMP tepat untuk kuliner yang 1 tahun terakhir telah membantu ekonomi keluarganya tersebut.
Sementara itu, Rizal Efendi Selan (34) pengunjung PMP yang merupakan langanan cemilan khas ibu Aisyah mengaku, dirinya dan istri sering datang di akhir pekan. Pisang gepe dan minuman khas itu selalu dibelinya untuk menemani cerita panjang sembari nikamti eksostisnya pantai yang tepat di teluk kota Namlea itu.
“Pantai ini keren, dan cemilan disini cocok untuk menghangatkan badan. Saya dan istri sering habiskan waktu akhir pekan disini,” ungkap dia.
Lain hal dengan Rizal Efendi., M.R Litiloly (26) warga kota Namlea mengaku keindahan pantai PMP tersebut. Namun dirinya meminta perhatian pemerintah untuk terus mengekplorasi ke dunia luar akan sejuta keindahan tanah di bumi Bupolo.
“Bupolo ini tanah sejarah. Pembuangan tahanan politik masa kolonial termasuk seorang sejarawan terkenal Pramodea Anantatoer pernah disini. Jadi diminta ini yang harus dikuak dan dijadikan objek wisata sejarah,” ungkap dia.
Perihal PMP, dirinya mengaku sering datang menikmati kesejukan dan sepoinya ngin teluk Namlea. Biasanya makanan yang jadi jajanannya adalah kopi  guraka.
“Saya mengajak teman-teman datang kesini rasakan indahnya kota Namlea,” pungkas dia.
Redaksi cengkepala.com merekomendasikan waktu ideal untuk mengunjungi PMP yakni, tepat 17 : 00 WIT hingga larut malam pukul 12:00 WIT. Waktu tersebut akan didapati keunikan dari PMP adalah para pengujung dapat merasakan suasana pantai dengan suguhan pemandangan deburan ombak dan semilir angin air laut teluk Namlea yang bertiup sepoi-sepoi.
Untuk menuju ke PMP sangatlah mudah. Bila anda baru kali pertama mengunjungi Kota Namlea, dari pelabuhan anda cukup hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit saja dengan mengendarai kendaraan bermotor, atau menaiki kendaraan ojek dengan tarif Rp. 5.000 sudah sampai di PMP.
Untuk diketahui, kabupaten Buru dibawah kepemimpinan Bupati Kabupaten Buru Ramly I. Umasugi pantai tersebut direlokasi khusus untuk tempat wisata. Kedepan gret pantai ini akan dinaikan dan akan dikomersilkan. Pemkab Buru mempunyai cara tersendiri untuk mempromosikan objek wisata yang ada. Salah satunya adalah melalui festival Bupolo yang sudah dua tahun terakhir berjalan dan sangat berefek pada pekembangan destinasi wisata. Banyak kalangan megakui efek proggram yang dicetus Ramli dan seluruh stacholder-nya tersebut.*** (MR |Â Rul)